Dalam pandangan Islam, seorang pemimpin negara diharapkan untuk menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok tertentu. Konsep kepemimpinan ini berlandaskan pada prinsip keadilan, integritas, dan pengabdian kepada rakyat. Islam mengajarkan bahwa pemimpin yang ideal adalah mereka yang memimpin dengan niat tulus melayani rakyat dengan penuh tanggung jawab, mampu menjaga nilai-nilai agama, bukan untuk memenuhi ambisi pribadi atau golongan tertentu. Menghindari segala bentuk korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan.
Dalam hal ini, kepemimpinan yang korupsi, dzalim, atau haus akan kekuasaan sangat dilarang. Pemimpin yang seperti ini dianggap merusak nilai-nilai agama dan moralitas, serta menodai amanah yang diberikan oleh masyarakat.
QS Al-Maidah ayat 8
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْا ۗاِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
Kepemimpinan yang jujur, adil, dan bebas dari korupsi adalah landasan untuk kemajuan dan keadilan. Semoga pemimpin kelak yang benar-benar dapat mengabdi untuk mengedepankan Indonesia, tidak salah arah, sejalan dengan nilai-nilai luhur Pancasila dengan integritas dan visi yang mulia.”
Artikel Pemimpin Ideal: Menjunjung Nilai Luhur Pancasila dan Agama, Mengutamakan Kepentingan Bangsa Dan Teladan Dalam Menegakan Keadilan pertama kali tampil pada Official Website ITB Ahmad Dahlan.