Mendigitalisasi wakaf, meski terdengar megah, sama sekali bukan pekerjaan yang mudah. Amirsyah Tambunan selaku Ketua Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PP Muhammadiyah mengatakan dengan mantap dan terang untuk bekerja keras merealisasikan digitalisasi wakaf. “Muhammadiyah siap mengembangkan digitalisasi wakaf, meski tidak mudah, kami akan terus berupaya mewujudkannya, mohon doa dan dukungannya,” tegas Amirsyah dalam kegiatan webinar series bertemakan “Tantangan Wakaf Muhammadiyah di Era Digital” pada Sabtu (12/2).
Sebagai informasi, kegiatan yang diadakan Majelis Wakaf dan Kehartabendaan PP Muhammadiyah bekerjasama dengan CSAS ITB Ahmad Dahlan Jakarta, WaCIDS, dan Green Waqf ini mendiskusikan tentang pengelolaan aset wakaf yang sangat besar di Indonesia, khususnya Muhammadiyah, dan upaya untuk melakukan inovasi digitalisasi wakaf.
Menurut Prof. Raditya Sukmana, Guru Besar Ekonomi Islam Universitas Airlangga sebagai salah narasumber dalam kegiatan ini mengatakan kurangnya sumber daya ahli dalam adaptasi teknologi menjadi sebab sulitnya pengembangan digitalasi wakaf. Pada sisi yang lain, Wakil Ketua BWI, Imam T. Saptono ikut menyerukan bahwa peluang terbuka lebar bagi pihak manapun yang dapat mengintegrasikan wakaf ke dalam teknologi digital dan mengambil manfaat besar darinya. Baik Prof. Raditya dan Imam, paling tidak, mengajukan tantangan ini kepada Muhammadiyah.
“Muhammadiyah dengan segala potensi dan wakaf yang dimiliki, harus mampu mewujudkannya,” tutur Imam pada Sabtu (12/2).
Imam juga menjelaskan secara struktural, Muhammadiyah telah memiliki sumber daya yang mapan dalam kelembagaan untuk merespon kemajuan dari generasi ke generasi, bisa dikatakan selaras dengan sifat modernis.
“Dari sisi hukum sendiri, tidak ada masalah melakukan pengembangan digitalisasi wakaf, bahkan menggunakan blockchain sekalipun untuk wakaf, ia bersifat ijtihadi, artinya bagaimana cara memanfaatkan, memelihara, dan mengembangkannya dapat disesuaikan dengan tuntutan zaman,” terangnya.
Tidak kalah penting, Imam menekankan untuk mempersiapkan analog, manusia yang berjalin dengan akses dan operator infrastruktur digital. Sebutlah profesi seperti cybersecurity, technical architecture, enterprise architecture, data analytics, cinematic, dan seterusnya, yang akan mengisi setiap lini penyuksesan proyek digitalisi wakaf.
“Keduanya, kelembagaan dan manusia, memperkuat pembetukan dan dukungan ekosistem, sebagai kunci pengelolaan wakaf yang terkoneksi secara digital,” tandasnya.
Lebih lanjut, Imam berharap kedepannya Persyarikatan Muhammadiyah dapat memanfaatkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah untuk membangun proyek berbasiskan riset, selain akselerasi muatan konten yang diperlukan akan maksimal, ini membuktikan bahwa mereka secara teoritis maju dalam ijtihadi perwakafan bersamaan dengan tataran praktis daya cipta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Artikel Kolaborasi Muhammadiyah dan ITB-AD, Siap Kembangkan Digitalisasi Wakaf pertama kali tampil pada Official Website ITB Ahmad Dahlan.